Senin, 07 Juni 2010

Perkembangan Spiritual

 Perkembangan Spiritual
1. Konsep perkembangan keagamaan remaja dan penghayatan spiritualnya
Manusia dianugrahi fitrah (perasaan dan kemampuan) beragama untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran Nya, ini merupakan salah satu kelebihan manusia disbanding makhluq yang lainnya. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang. Arah dan kualitas perkembangan ini bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya. “setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena orang tuanyalah, anak itu menjadi yahudi, nasrani, atau majusi”
Jiwa keagamaan atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Alloh yang direfleksikan kedalam peribadatan kepada Nya (habluminalloh/habluminannas)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan beragama
a. Pembawaan (internal)
Setiap manusia yang lahir, baik yang masih primitip, bersahaja, maupun yang sudah modern, baik yang lahir di Negara komunis maupun kapitalis, baik dari orang tua yang soleh maupun yang jahat, menurut fitrah kejadiannya mempunyai potensi beragama atau keimanan kepada Tuhan atau percaya adanya kekuatan di luar dirinya yang mengatur yang mengatur hidup dan kehidupan alam semesta. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia memiliki fitrah untuk mempercayai suatu zat yang mempunyai kekuatan baik membrikan sesuatu yang bermanfaat maupun yang madhorot (mencelakakan). Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang berjalan secara alamiah dan ada yang mendapat bimbingan dari rasul dan Allah SWT, sehingga fitrah itu berkembang sesuai kehendak Allah SWt.
b. Lingkungan (eksternal)
Fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai kecenderungan untuk berkembang. Namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada factor luar yang memberikan stimulus yang memungkinkan fitrah itu berkembang sebaik-baiknya.
• Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak aleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan. Dalam mengembangan fitrah beragama, ada beberapa hal yang perlu menjadi kepedulian orang tua, sebagai berikut :
 Seyogyanya orang tua memiliki kepribadian yang baik atau berakhlakulkarimah.kepribadian orang tua merupakan unsure unsure pendidikan yang tidak langsung memberikan pengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama anak
 Orang tua hendaknya memperlakukan anak dengan baik.
 Orang tua hendaknya membina hubungan yang harmonis antara anggota keluarganya
 Orang tua hendaknya membimbing, mengajarkan, atau melatihkan ajaran perkembangan kepriba agama terhadap anaknya
• Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program yang sistimatik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya. Menurut Hurlock pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga dan guru-guru substitusi dari orang tua. Dalam upaya mengembangkan fitrah beragama para siswa, sekolah terutama guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan pengamalan ibadah atau akhlaq mulia., maka gur agama hendaklah memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Kepribadian yang mantap, seperti jujur, bertanggung jawab, komitmen terhadap tugas, disiplin dalam bekerja dan respek terhadap siswa
 Menguasai disiplin ilmu terutama bidang yang akan diajarkan, minimal materi yang terkandung dalam kurikulum
 Memahami ilmu-ilmu lain yang relevan untuk menunjang kemampuannya dalam mengelola proses belajar mengajar.
• Masyarakat

 Implikasi Tugas Perkembangan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan
1. Tugas-tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam rentang kehidupan manusia, apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan menimbulkan kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan berkaitan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu
Munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada factor-faktor :
1. Kematangan fisik, misalnya, belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, belajar bertingkah laku dan bergaul sesame jenis atau dengan lain jenis karena kematangan oragan-organ seksual
2. Tuntutan masyarakat secara cultural, misalnya belajar membaca, belajar menulis, belajar berhitung, belajar berorganisasi
3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya memilih pekerjaan, memilih teman hidup
4. Tuntutan norma agama, misalnya taat beribadah kepada Alloh, berbuat baik kepada sesame manusia

Tugas Perkembangan Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Masa remaja ditandai dengan berkembanganya sikap dependen kepada orang tua kearah independen, minat seksualitas, dan kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai, etika dan isu-isu moral.
Secara rinci tuga perkembangan remaja menurut Havigurst adalah sbb :
a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya
b. Mencapai peran social sebagai pria atau wanita
c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi
f. Memilih dan mempesiapkan karier
g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga
h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga Negara
i. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social
j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam betingkah laku

Sedangkan menurut William Kay, tugas perkembangan remaja adalah :
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kulitasnya
b. Mencari kemandirian emosional dari orang tua atau figure-figur yang mempunyai otoritas
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun kelompok
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
f. Mempunyai self control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai , prinsip-prtinsip atau falsafah hidup
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri dari sikap dan perilaku kekanak-kanakan

Arah Tujuan Tugas Perkembangan Masa Remaja
1. Kematangan emosional
2. Perkembangan heteroseksual
3. Kematangan kognitif
4. Filsafat hidup

Dari Arah Ke Arah
1. Tidak toleran dan bersikap superior
2. Kaku dalam bergaul
3. Peniruan buta terhadap teman sebaya
4. Control orang tua
5. Perasaan yang tidak jelas tentang dirinya/orang lain
6. Kurang dapat mengendalikan diiri dari rasa marah dan sikap permusuhan 1. Bersikap toleran dan merasa nyaman
2. Luwes dalam bergaul
3. Interdepedensi dan mempunyai self esteem
4. Control diri sendiri
5. Perasaan mau menerima dirinya dan orang lain
6. Mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kratif
1. Belum memiliki kesadaran tentang perubahan seksualnya
2. Mengidentifikasi orang lain yang sama jenis kelaminnya
3. Bergaul dengan banyak teman 1. Menerima identitas seksualnya sebagai pria atau wanita
2. Mempunyai perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda dan bergaul dengannya
3. Memilih teman-teman tertentu
1. Menyenangi prinsip-prinsip umum dan jawaban yang final
2. Menerima kebenaran dari sumber otoritas
3. Memiliki banyak minat dan perhatian
4. Bersikap subyektif dalam menafsirkan sesuatu 1. Membutuhkan penjelasan tentang fakta dan teori
2. Memerlukan bukti sebelum menerima
3. Memiliki sedikit minat/perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda dan bergaul dengannya
4. Bersikap obyektif
1. Tingkah laku dimotivasi oleh kesenangan belaka
2. Acuh tak acuh terhadap prinsip-prinsip idiologi dan etika
3. Tingkah lakunya tergantung pada reinforcement (dorongan dari luar) 1. Tingkah laku dimotivasi oleh aspirasi
2. Melibatkan diri atau mempunyai perhatian terhadap idiologi dan etika
3. Tingkah lakunya dibimbing oleh tanggung jawab moral



SIKAP ATAU PERLAKUAN ORANG TUA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEPRIBADIAN ANAK

POLA PERLAKUAN ORANG TUA PERILAKU ORANG TUA PROFIL TINGKAH LAKU ANAK
1. Overprotection (terlalu melindungi) 1. Kontak berlebihan dengan anak
2. Perawatan pemberian bantuan kepada anak yang terus menerus, meskipun anak sudah mampu
3. Mengawasi kegiatan anak berlebihan
4. Memecahkan masalah anak 1. Perasaan tidak aman
2. Agresif dan dengki
3. Mudah gugup
4. Lari dari kenyataan
5. Sangat tergantung
6. Ingin menjadi pusat perhatian
7. Bersikap menyerah
8. Lemah dalam “ego strength” (aspirasi dan toleransi terhadap frustrasi)
9. Menolak tanggung jawab
10. Kurang percaya diri
11. Mudah terpengaruh
12. Peka terhadap kritik
13. Bersikap “yes men”
14. Egois
15. Suka bertengkar
16. Trouble maker (pembuat onar)
17. Sulit dalam bergaul
18. Mengalami “home sick”
2. Permissiveness (pembolehan) 1. Memberikan kebebasan untuk berfikir atau berusaha
2. Menerima gagasan dan pendapat
3. Membuat anak merasa diterima dan merasa kuat
4. Toleran, memahami kelemahan anak
5. Cenderung lebih suka memberi yang diminta anak daripada menerima 1. Pandai mencari jalan keluar
2. Dapat bekerjasama
3. Percaya diri
4. Penuntut dan tidak sabaran
3. Rejection (penolakan) 1. Bersikap masa bodoh
2. Bersikap kaku
3. Kurang mempedulikan kesejahteraan anak
4. Menampilkan sikap permusuhan dan dominasi terhadap anak 1. Agresif (mudah marah, gelisah, tidak patuh, keras kepala, suka bertengkar dan nakal)
2. Submissive (kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut)
3. Sulit bergaul
4. Pendiam
5. Sadis
4. Acceptance (penerimaan) 1. Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak
2. Menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah
3. Mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak
4. Bersikap respek terhadap anak
5. Mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya
6. Berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya 1. Mau bekerja sama (kooperatif)
2. Bersahabat (friendly)
3. Loyal
4. Emosinya stabil
5. Ceria dan besikap optimis
6. Mau menerima tanggung jawab
7. Jujur
8. Dapat dipercaya
9. Memiliki perencanaan yang jelas untuk mencapai masa depan
10. Bersikap realistic (memahami kekuatan dan kelemahan dirinya secara obyektif)
5. Domination (dominasi) Mendominasi anak 1. Bersikap sopan dan sangat hati-hati
2. Pemalu, penurut, inferior dan mudah bingung
3. Tidak dapat bekerjasama
6. Submission (penyerahan) 1. Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak
2. Membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah 1. Tidak patuh
2. Tidak bertanggung jawab
3. Agresif dan teledor dan lalai
4. Bersikap otoriter
5. Terlalu percaya diri
7. Punitiveness/
Overdiscipline (terlalu disiplin) 1. Mudah memberikan hukuman
2. Menanamkan disiplin secara keras 1. Impulsive
2. Tdk dpat mengambil keputusan
3. Nakal
4. Sikap bermusuhan atau agresif

 Penyesuaian diri Remaja
1. Konsep dan proses penyesuaian diri
Berbicara mengenai penyesuaian diri tidak terlepas dari kepribadian, naka dari itu terlebih dahulu kita bicarakan kepribadian. Menurut Gorgon W. Alport, kepribadian adalah organisasi dinamis dari system psikofisis dalam diri individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Abin Syamsudin menyebutkan bahwa kepribadian menunjukkan kepada kualitas total prilaku individu yang Nampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik. Dari dua pengertian di atas jelas bahwa kepribadian merupakan keterampilan social dan cirri yang khas yang terdapat pada individu.
Penyesuaian diri juga tidak terlepas dari kesehatan mental seseorang, karena penyesuaian diri merupakan proses yang dinamis pada diri individu, dan pada hakekatnya penyesuaian diri itu merupakan proses menjadi (be come). Perkembangan psikologis terjadi sepanjang hidup individu yang mengarah kepada hal-hal yang lebih baik dan akan memberikan kepuasan bagi dirinya, yang ditandai dengan adanya keharmonisan antara dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain dalam rangka penyesuaian diri. Konsep penyempurnaan diri erat kaitannya dengan kesehatan mental seseorang sebagai kemampuan menyesuaikan dirinya sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. Kesanggupan dalam menyesuaikan diri akan membawa seseorang pada kenikmatan hidup dan terhindar dari kekecewaan, kegelisahan dan ketidakpuasan serta penuh kebahagiaan.
Dengan demikian kesehatan mental seseorang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidupnya, individu yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mengalami gangguan jiwa atau penyakit jiwa.
Individu yang pandai menyesuaikan diri menurut :
a. M.D. Dahlan : individu yang pandai bersyukur
b. Sikun Pribadi : individu dengan psikohigiene
c. Sigmund Freud : individu yang mampu bekerja dan bercinta
d. Erich From : individu yang mampu memenuhi peran social dan berpartisipasi dalam meningkatkan masyarakat.
Jadi jelas individu yang sehat mentalnya dan bahagia adalah yang mampu menyesuaikan diri secara vertical dan horizontal. Individu yang demikian akan mampu berhubungan dengan sesama manusia, lingkungannya sekitarnya mapun Penciptanya.
Apa itu penyesuaian diri ?
Ada beberapa pandangan yang mengemukakan tentang penyesuaian diri :
a. Perkembangan : sebagai proses yang terus menerus, maupun sebagai hasil
b. Normative : sebagai hal yang tidak terlepas dari norma atau nilai yang berlaku, baik buruknya tidak terlepas dari sudut pandang system nilai
c. Structural : keseimbangan dan integrasi struktur kepribadian
d. Holistic : tidak hanya menyangkut integrasi struktur kepribadian, melainkan keintegrasian itu dilihat hubungannya dengan lingkungan social, alam maupun super natural (Tuhan)
Dengan demikian penyesuaian diri dapat dianggap sebagai suatu proses dinamis dan terus menerus yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku guna mendapatkan hubungan yang serasi antara diri dan lingkungannya. Factor tersebut dapat dibatasi bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara individu dan lingkungannya.

Factor-faktor dalam penyesuaian diri
Ada tiga model pendekatan yang berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri individu :
• Model medis biologis; sebab utama kegagalan penyesuaian diri adalah kelaianan dalam jaringan tubuh terutama kelaianan otak, masalah prilaku salah suai erat kaitannya dengan factor genetika
• Model psikogenik; adekuasi penyesuaian diri erat kaitannya dengan riwayat hidup seseorang terutama pengalaman dalam kehidupan keluarga
• Model sosiogenik; factor lingkungan, yakni lembaga social dan kebudayaan merupakan determinan adekuasi penyesuaian diri
Menurut M. Surya, factor yang menjadi penentu penyesuaian diri identik dengan factor yang menentukan kepribadian, ada lima kelompok penentu kepribadian yaitu: (a) kondisi jasmaniah yang meliputi pembawaan, susunan jasmaniah, sistim saraf, kelenjar otot, kesehatan dsb, (b) perkembangan dan kematangan, meliputi kematangan intelektual, social, moral dan emosional, (c) penentu psikologis, yang meliputi pengalaman belajar, pembinaan, determinasi diri, frustasi dan konflik, (d) kondiri lingkungan, terutama rumah, keluarga dan sekolah, (e) kondisi lingkungan budaya dan agama.
Dengan demikian factor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
a. Pemuasan kebutuhan pokok dan kebutuhan pribadi, kebutuhan pokok adalah kebutuhan jasmanai, sedangkan kebutuhan pribadi adalah kebutuhan psikososial
b. Kebiasaan dan keterampilan individu dalam pemenuhan kebutuhan pokok, penyesuaian diri sebenarnya adalah hasil dari semua pengalaman dan percobaan yang dilalui individu, yang akan mempengaruhi cara mempelajari berbagai jalan untuk memenuhi kebutuhan.
c. Pengenalan terhadap diri sendiri, hendaknya individu mengetahui kemungkinan dan kemampuannya, sehingga tidak akan menginginkan sesuatu yang tidak mungkin dilaluinya/dijalankannya.
d. Penerimaan diri, pandangan individu tentang dirinya merupakan factor penting yang mempengaruhi tingkah laku individu, pandangan yang baik akan mendorong untuk bekerja dan menyesuaiakan diri dengan anggota masyarakat dan akan membawanya kepada kesuksesan.
e. Kelincahan, diartikan sebagai reaksi individu terhadap stimulus yang datang, lincah adalah memberi reaksi yang cocok dan serasi, ada dua kelincahan, yang kuat individu menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa merubah diri dan sifat pribadinya, sedangkan kelincahan yang lemah, individu menyesuaiakan dan menerima nilai baru dengan meninggalkan kepribadiannya yang asli.

Mekanisme penyesuaian diri
Ada empat macam bagaimana individu berhubungan dengan lingkungannya :
a. Individu bertentangan dengan lingkungan, terjadi kalau ternyata lingkungan kurang menguntungkan
b. Individu menggunakan lingkungan, apabila lingkungan mempunyai pengaruh positif
c. Individu berpartisipasi dengan lingkungan, turut serta dalam semua aspek kehidupan masysrakat
d. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dalam hal ini individu mengubah lingkungan untuk kepentingan dirinya atau mengubah dirinya sendiri sesuai dengan lingkungan tempat dia berada
Pada kenyataannya tidak selamanya penyesuaian diri itu berhasil, jika individu berhasil menyesuaikan diri (adjusted person/well adjusment) maka akan merasa puas dan bahagia, tetapi sebaliknya jika tidak berhasil (maladjusted person) akan merasakan kekecewaan dan ketidak puasan.
Ada tiga kategori penyesuaian diri :
• Well adjusted, mereka yang berhasil dalam penyesuaian diri yang ditandai dengan tidak adanya ketegangan emosional, tidak berarti terlepas dari konflik, tetapi tidak menderita karena konflik, dapat mengatasi masalahnya dengan cara yang realistis, mengerti dan menerima kekurangannya dan mengerti dan menerima kekurangan orang lain, dengan siapa dia berhubungan
Maladjusted, ditandai dengan berbagai perilaku yang serba salah, tidak terarah, emosional, tidak realistis dan agresif, orang yang demikian akan mereaksi lingkungannya dengan bentuk reaksi; defence reakction, (Reaksi bertahan rasionalisasi, repressi, Proyeksi, sour grapes/anggur kecut), aggressive reaction dan escape reaction.
• Pathologis, tergolong kedalam orang yang neurosa dan psychosa, yang memerlukan perawatan khusus bahkan mungkin yang bersifat klinis.

2. Permasalahan penyesuaian diri remaja
Menurut Erikson, remaja berada pada fase mencari identitas. Pada fase ini mereka akan berusaha untuk mengenal dirinya sendiri, ingin mengetahui bagaimana orang lain menilai dia dan mencoba menyesuaikan dirinya dengan harapan arang lain terhadap dirinya. Ia belajar memainkan peranan social dan memantapkan identitas peranan seksnya. Remaja mempunyai minat yang besar terhadap upaya menonjolkan penampilan diri diantara teman-temannya dan kelompok sebaya serta lingkungan dan kegiatan-kegiatan social lainnya, senang bergaul dengan teman sejenis maupun dengan lain jenis, bahkan mereka lebih senang berdekatan dengan temannya debanding dengan orang tuanya, ia ingin diterima oleh teman-temnnya dan merasa sedih jika dikucilkan. Oleh karena itu mereka meniru lagak lagu, pakaian, sikap dan tindakan teman-temannya dalam satu kelompok.
Remaja sering dihadapkan pada dua pilihan yang sangat berat dalam penyesuaian diri, apakah mengikuti orang tuanya atau hanyut dalam pergaulan teman-temannya dan meninggalkan orang tua, jika hubungan orang tua kurang serasa, tidak jarang remaja lebih memilih temannya.

3. Implikasi proses penyesuanan remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan

 Prinsip Dasar Bimbingan dan Konseling Pembelajaran
Konsep Bimbingan : bimbingan pada dasarnya merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Donald G. Mortensen & Alan M. Schmuler menyatakan : Guidance may be defined as the part of the educational program that helps provide the personal apportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea
Bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan perkembangan, visi bimbingan bersifat educative, pengembangan dan outreach. Educative, karena titik berat layanan bimbingan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan. Pengembangan, karena titik sentral sasaran bimbingan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan strategi/upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach, karena target populasi layanan bimbingan tidak terbatas kepada individu bermasalah tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek bermasalah tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam konteks kehidupannya.
Bimbingan perkembangan di lingkungan pendidikan merupakan pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan supaya mereka dapat memahami dirinya, memahami lingkungannya dan tugas-tugasnya sehingga mereka sanggup mengarahkan dan menyesuaikan diri serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga pendidikan, lembaga keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja yang akan dimasukinya kelak.
Tujuan Bimbingan : Tujuan pemberian bimbingan, agar individu dapat ;
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya di masa datang
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka/individu harus mendapatkan kesempatan untuk;
1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugasnya
2. Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitannya sendiri
5. Menggunakan kesempatan untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat kerja dan masyarakat
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur seoptimal mungkin
Fungsi Bimbingan : Minimal ada empat fungsi bimbingan, yaitu :
1. Fungsi pengembangan, merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu
2. Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan cirri-ciri kepribadiannya, disini konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lain di dalam maupun diluar lembaga pendidikan
3. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, khususnya guru dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang, minat dan kemampuan dan kebutuhan individu
4. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal.
Prinsip-prinsip Bimbingan :
1. Bimbingan adalah proses membantu individu, agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
2. Bertitik tolak pada diri individu yang dibimbing
3. Diarahkan pada individu dan tiap individu mempunyai karakteristik tersendiri
4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pembimbing diserahkan kepada yang lebih ahli
5. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan individu yang dibimbing
6. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu
7. Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga pendidikan yang bersangkutan
8. Pengelola program bimbingan hendaknya dilakukan oleh seorang yang mempunyai keahlian faham bidang bimbingan
9. Pelaksanaan program bimbingan hendaknya dievaluasi

Konsep dasar bimbingan dan konseling pembelajaran
Layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah dipetakan secara tepat secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan, dan layanan di bidang pembelajaran yang dibingkai dalam kurikulum, sebagaimana tampak dalam gambar :
Dalam permen diknas No. 22/2006 tentang Standar isi, layanan bimbingan dan konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi (a) kelompok mata pelajaran, (b) muatan local, (c) materi pengembangan diri, yang harus disiapkan oleh konselor kepada peserta didik sebagaimana digambarkan dibawah ini :
Pengembangan diri peserta didik melalui bimbingan dan konseling

Pengertian Pengembangan diri:
• Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.
• Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
• Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir
• Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Landasan penyelanggaraan Pengembangan diri
 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas:
Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3 tentang tujuan pendidikan, pasal 4 ayat (4) tentang penyelenggaraan pembelajaran, pasal 12 ayat (1b) tentang pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan
 PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan:
Pasal 5 – 18 tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah.
 Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang memuat pengembangan diri dalam struktur kurikulum, dibimbing oleh konselor, dan guru / tenaga kependidikan yang disebut pembina.
 Dasar standarisasi profesi konseling oleh Ditjen Dikti Tahun 2004 tentang arah profesi konseling di sekolah dan luar sekolah.

Tujuan Pengembangan diri :
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Secara khusus, Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan :
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemampuan kehidupan keagamaan
f. Kemampuan sosial
g. Kemampuan belajar
h. Wawasan dan perencanaan karir
i. Kemampuan pemecahan masalah
j. Kemandirian

Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal melalui penyelenggaraan :
 Layanan dan kegiatan pendukung Konseling
 Kegiatan Ekstra Kurikuler
 Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut :
 Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti : upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
 Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti : pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
 Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti : berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu

Pengertian Konseling :
Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bidang Pelayanan Konseling
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Tujuan konseling
Pada umumnya tujuan konseling di sekolah adalah sbb :
1. Mengadakan perubahan perilaku pada klien
2. Memelihara dan mencapai kesehatan mental
3. Membantu individu sehingga mampu memecahkan masalahnya sendiri
4. Mencapai efektifitas pribadi, pribadi yang efektif adalah yang sanggup memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya serta bersedia memikul resiko ekonomis, psikologis dan fisik
5. Mendorong individu sehingga mampu mengambil keputusannya sendiri

PROSEDUR DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR
a. Identifikasi kasus
b. Identifikasi masalah (pribadi, social, belajar, karier)
c. Diagnose (analisis masalah)>>raw input, environmental input, tujuan pendidikan)
d. Prognosa (estimasi dan identifikasi alternative pemecahan masalah)
e. Theatmen/therapy (tindakan pemecahan masalah)
f. Follow up (evaluasi hasil pemecahan masalah dan tindak lanjut) jika dianggap dibutuhkan